Rakyat Tunisia Kecewa dengan Demokrasi
Jumat, 13 September 2013
0
komentar
Rakyat Tunisia, yang memulai gerakan demokrasi pada Arab Spring tahun
2011 dengan menurunkan presiden yang otoriter saat ini sedang berusaha
mencari stabilitas dan kehilangan kepercayaan atas demokrasi serta
pemimpin yang mereka pilih, demikian menurut sebuah laporan yang
dipublikasikan pada, Kamis (12/9).
Survey yang dipublikasikan oleh Pew Research Center menunjukkan penurunan secara dramatis dari tahun lalu dalam rating seluruh politisi utama, termasuk institusi pemerintah seperti parlemen dan pengadilan.
Namun demikian, rakyat Tunisia masih mendukung pengaruh agama dalam politik dan keberadaan partai politik yang berbasis agama.
“Rakyat Tunisia percaya bahwa prinsip Islam harus mempengaruhi sistem hukum dan para tokoh agama harus memiliki peran politik,” kata laporan tersebut.
Survey yang didasarkan pada wawancara langsung pada 1.000 orang ini dilakukan pada Maret, saat Tunisia dalam transisi demokrasi yang dramatis dengan munculnya deadlock antara pemerintah dan oposisi tentang ke arah mana negara ini akan dibawa.
Masalah ekonomi dan pembunuhan terhadap dua tokoh oposisi utama dalam lima bulan menjadi alasan kelompok oposisi bahwa partai Islam moderat Ennahda tak bisa menjalankan pemerintahan dan harus diganti.
Rating popularitas Ennahda telah turun 25 point tinggal 40 persen, menurut survey ini, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan partai oposisi lainnya.
Politisi dengan tingkat popularitas tertinggi adalah Hamada Jebali dengan angka 58 persen. Ia adalah sekretaris jenderal partai Ennahda Party. Popularitasnya juga menurun dari tahun lalu sebesar 66 persen.
Ennahda mungkin akan kehilangan posisi mayoritas di parlemen dalam pemilihan selanjutnya, tetapi menurut survey tersebut, partai tersebut masih akan memiliki kekuatan politik dominan di negara yang 59 persen penduduknya percaya bahwa hukum harus mengikuti nilai dan prinsip Islam.
Dengan populasi yang didominasi oleh kelas menengah dan terdidik, Tunisia sangat diharapkan memiliki kesempatan untuk berhasil dalam demokrasi.
Transisi yang sulit ini, telah menurunkan kepercayaan terhadap demokrasi. Pada 2012, sekitar 55 persen rakyat memilih untuk menggunakan sistem demokrasi dengan sejumlah instabilitas, dan jumlah tersebut menurun tinggal 38 persen pada 2013, dan saat ini 56 persen rakyat Tunisia menerima sebuah negara yang stabil meskipun tidak sepenuhnya demokratis.
Penurunan kepercayaan terhadap demokrasi paling tinggi terjadi diantara kelompok pendapatan menengah, yang mana hanya 48 persen dalam survey tahun ini percaya demokrasi merupakan pilihan terbaik, turun dari 66 persen pada tahun sebelumnya.
Untuk kelompok dengan pendapatan lebih tinggi atau lebih rendah, mayoritas masih percaya, demokrasi merupakan pilihan terbaik.
Tingkat kepercayaan masih tinggi dalam institusi seperti tentara dan polisi, tetapi hanya 42 peren yang melihat pengadilan dan serikata buruh memiliki pengaruh yang baik terhadap masyarakat, sementara anggota parlemen yang untuk pertama kalinya dipilih secara bebas hanya meraih kepercayaan 20 persen.
Secara ekonomi, mayoritas mengatakan kondisi mereka lebih buruk dibandingkan masa revolusi, dan hanya 50 persen yang percaya keadaan akan membaik, turun 75 persen dari tahun lalu.
Ditengah sikap pesimis ini, survey menemukan, sebagian besar rakyat Tunisia mendukung pilar-pilar utama demokrasi, meliputi pengadilan yang jujur, kebebasan memilih, kebebasan berekspresi dan kesetaraan jender.
“Meskipun terdapat ketidakpuasan yang meluas dengan demokrasi, mayoritas rakyat Tunisia percaya akan pentingnya komponen demokrasi tersebut,” kata laporan itu dengan margin error 4 persen ini. (AP/mukafi niam/NU)
Survey yang dipublikasikan oleh Pew Research Center menunjukkan penurunan secara dramatis dari tahun lalu dalam rating seluruh politisi utama, termasuk institusi pemerintah seperti parlemen dan pengadilan.
Namun demikian, rakyat Tunisia masih mendukung pengaruh agama dalam politik dan keberadaan partai politik yang berbasis agama.
“Rakyat Tunisia percaya bahwa prinsip Islam harus mempengaruhi sistem hukum dan para tokoh agama harus memiliki peran politik,” kata laporan tersebut.
Survey yang didasarkan pada wawancara langsung pada 1.000 orang ini dilakukan pada Maret, saat Tunisia dalam transisi demokrasi yang dramatis dengan munculnya deadlock antara pemerintah dan oposisi tentang ke arah mana negara ini akan dibawa.
Masalah ekonomi dan pembunuhan terhadap dua tokoh oposisi utama dalam lima bulan menjadi alasan kelompok oposisi bahwa partai Islam moderat Ennahda tak bisa menjalankan pemerintahan dan harus diganti.
Rating popularitas Ennahda telah turun 25 point tinggal 40 persen, menurut survey ini, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan partai oposisi lainnya.
Politisi dengan tingkat popularitas tertinggi adalah Hamada Jebali dengan angka 58 persen. Ia adalah sekretaris jenderal partai Ennahda Party. Popularitasnya juga menurun dari tahun lalu sebesar 66 persen.
Ennahda mungkin akan kehilangan posisi mayoritas di parlemen dalam pemilihan selanjutnya, tetapi menurut survey tersebut, partai tersebut masih akan memiliki kekuatan politik dominan di negara yang 59 persen penduduknya percaya bahwa hukum harus mengikuti nilai dan prinsip Islam.
Dengan populasi yang didominasi oleh kelas menengah dan terdidik, Tunisia sangat diharapkan memiliki kesempatan untuk berhasil dalam demokrasi.
Transisi yang sulit ini, telah menurunkan kepercayaan terhadap demokrasi. Pada 2012, sekitar 55 persen rakyat memilih untuk menggunakan sistem demokrasi dengan sejumlah instabilitas, dan jumlah tersebut menurun tinggal 38 persen pada 2013, dan saat ini 56 persen rakyat Tunisia menerima sebuah negara yang stabil meskipun tidak sepenuhnya demokratis.
Penurunan kepercayaan terhadap demokrasi paling tinggi terjadi diantara kelompok pendapatan menengah, yang mana hanya 48 persen dalam survey tahun ini percaya demokrasi merupakan pilihan terbaik, turun dari 66 persen pada tahun sebelumnya.
Untuk kelompok dengan pendapatan lebih tinggi atau lebih rendah, mayoritas masih percaya, demokrasi merupakan pilihan terbaik.
Tingkat kepercayaan masih tinggi dalam institusi seperti tentara dan polisi, tetapi hanya 42 peren yang melihat pengadilan dan serikata buruh memiliki pengaruh yang baik terhadap masyarakat, sementara anggota parlemen yang untuk pertama kalinya dipilih secara bebas hanya meraih kepercayaan 20 persen.
Secara ekonomi, mayoritas mengatakan kondisi mereka lebih buruk dibandingkan masa revolusi, dan hanya 50 persen yang percaya keadaan akan membaik, turun 75 persen dari tahun lalu.
Ditengah sikap pesimis ini, survey menemukan, sebagian besar rakyat Tunisia mendukung pilar-pilar utama demokrasi, meliputi pengadilan yang jujur, kebebasan memilih, kebebasan berekspresi dan kesetaraan jender.
“Meskipun terdapat ketidakpuasan yang meluas dengan demokrasi, mayoritas rakyat Tunisia percaya akan pentingnya komponen demokrasi tersebut,” kata laporan itu dengan margin error 4 persen ini. (AP/mukafi niam/NU)
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Rakyat Tunisia Kecewa dengan Demokrasi
Ditulis oleh Administrator
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://mediaislam-com.blogspot.com/2013/09/rakyat-tunisia-kecewa-dengan-demokrasi.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Administrator
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar